Minggu, 31 Januari 2010

Ratesuba saat ini....

Ratesuba merupakan sebuah perkampungan yang cukup besar. Jumlah penduduknya pun cukup banyak hampir 200 kepala keluarga (KK) sehingga Ratesuba terbagi menjadi dua wilayah dusun yakni Ratesuba I dan Ratesuba II yang merupakan bagian dari wilayah Desa Kebirangga Tengah, Kecamatan Maukaro, Kabupaten Ende-Flores.
Umumnya warga Ratesuba bekerja sebagai petani ladang dibarengi usaha perkebunan sekaligus sebagai peternak. Usaha perkebunan yang digeluti bermacam-macam, ada yang perkebunan kopi, jambu mete, coklat, kelapa dan lainnya dan tidak menekuni satu usaha perkebunan semata. Usaha perkebunan ini disesuaikan dengan peluang pasar dan perkembangan harga komoditi pertanian/perkebunan di pasaran.Jika suatu komoditi pertanian harganya jatuh pasti petani di Ratesuba akan berpikir untuk brpindah pada usaha perkebunan lainnya.
Sementara usaha tani ladang seperti menanam jagung dan padi pada musim hujan tiba merupakan usaha pertanian utama. Selain menanam padi dan jagung, biasanya petani menanam singkong/ubi kayu, ubi jalar, lombok, tomat, pepeya, pisang dan juga yang lain. Dalam suatu areal perkebunan padi dan jagung akan terdapat pula tanaman pepaya, lombok, tomat, kacang-kacangan dan sebagainya.
Dalam bidang peternakan, petani di Ratesuba juga memelihara ternak sapi dengan jenis sapi bali, ada juga kuda, kerbau, kambing. Sementara di belakang rumah biasanya petani d Ratesuba memelihara ternak babi lokal dan kadang-kadang memelihara babi berbulu putih dan besar yang oleh petani disebut babi banpres atau babi Belanda. Meski Pulau Flores disebut daerah dengan kemungkinan adanya penyakit Rabies namun warga ratesuba masih berani memelihara anjing di rumah-rumah mereka sebagaimana warga di desa-desa lain di wilyah Pulau Flores.
Karena letaknya yang tidak terlalu jauh dengan pasar Maukaro, sebuah pasar mingguan yang jaraknya cuma sekitar empat kilometer, maka petani Ratesuba tidak terlalu sulit memasarkan hasil komoditi pertanian, perkebunan dan peternakan mereka. Cuma masalahnya, jumlah pembeli komoditi pertanian dan peternakan di wilayah ini juga kurang sehingga harga komoditi pertanian dan peternakan warga menjadi murah. Penjual banyak tetapi pembeli yang datang ke pasar mingguan tersebut juga sedikit.
Petani kesulitan memasarkan hasil pertanian, perkebunan dan peternakan mereka karena petani sendiri sulit menjangkau pusat kota kabupaten Ende. Meskipun setiap hari ada bus kayu (truk yang dimodifikasi seperti bus) beroperasi ke Ratesuba dan sekitarnya namun kondisi jalan yang banyak rusak dan berlubang-lubang menjadi masalah tersendiri. Hanya saja beruntungnya, Ratesuba sudah terlayani listrik PT PLN meskipun cuma nyala pada malam hari. Sehingga, pada malam hari warga yang memiliki parabola bisa menonton televisi, mendengar tep, radio dan lainnya.
Untuk pelayanan pemerintahan di tingkat kecamatan, warga Ratesuba tidak kesulitan menjangkaunya. Meski Kecamatan Maukaro memiliki ibukota di Maukaro namun kantor kecamatan berada di kampung Ndetumatu yang terletak antara Ratesuba dan Maukaro dengan jarak skitar dua kilometer dari Maukaro. Kantor kecamatan Maukaro ini terletak di Jalan Trans Utara Flores, cuma kondisi jalannya masih berlubang-lubang.
Selain itu, Ratesuba memiliki satu sekolah dasar yang diberi nama SD Inpres Ratesuba dengan satu Taman kanak-Kanak (TK) yakni TK Ratesuba serta menjadi pusat paroki Gereja Katolik yang bernama Paroki St Vincensius A Paulo-Ratesuba dengan wilayah paroki terbentang dari Maukaro sampai ke kampung Boafeo yang juga merupakan bagian dari Kecamatan Maukaro.
Sampai disini dulu ya...cerita tentang Ratesuba.... Lain kali baru disambung lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar